09 Maret 2011

TAKUT


Siapa yang tidak merasa takut pada murka dan siksa Allah? Seperti juga rasa sakit yang mencegah manusia merusak tubuhnya sendiri, rasa takut pada Allah adalah fitrah yang mencegah manusia untuk merusak akhlaknya. Allah sudah menetap 'sanksi' untuk semua pengingkaran terhadap aturan yang sudah Dia tetapkan. Maka zina, minum minuman keras, mencuri, dll.. kita hindari demi rasa takut atas murka dan siksa Allah. Apakah dengan demikian kita sudah boleh merasa aman? Di tingkat awam ketakutan itu tentunya sudah cukup menghindarkan seseorang dari perbuatan dosa dan menjadi pemicu dari setiap kebaikan yang dilakukan.
Rasa takut ternyata tidak berhenti dalam pengertian itu. Ada jenis takut lain yang justru yang dirasakan oleh orang-orang yang alim dan shalih:
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Imam Ahmad dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Aisyah radhiallahuanha, dia pernah berkata, "Aku pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, tentang firman Allah, 'Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut,' apakah dia itu orang yang berzina, minum khamer dan mencuri?" Beliau menjawab, "Bukan wahai putri Ash-Shiddiq, tetapi dia orang yang puasa, shalat dan mengeluarkan shadaqah, sedang dia takut amalnya tidak diterima." [Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Madarijus Salikin, Pustaka Al-Kautsar, 2008:174]
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pernahkah kita merasakan takut jenis itu? Takut Allah tidak menerima amal perbuatan baik kita? Aku sendiri masih sering merasa aman hanya dengan berusaha untuk menjauhi maksiat, padahal setiap pagi selalu melafalkan do'a ajaran Rasulullah di waktu pagi:
"Allahumma inni ash'aluka ilman nafi'ah, warizkan thoyyibah, wa'amalan mutaqabballan." [HR. Ibnu Majah No. 925]
Ya, Allah.. sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik [halal], dan amalan yang diterima.

Rupanya inilah yang membedakan antara orang awam dan ulama. Kita yang awam ini sering sudah merasa cukup dengan beramal shalih dan terkadang riya' [sombong] dengan amalan-amalan itu dengan memamer-mamerkannya pada orang lain. Para ulama yang lurus tidak. Mereka lebih banyak menangis di sepertiga malam karena takut amalannya tidak diterima.
Jika Rasulullah yang dijamin surga saja masih senantiasa beristighfar dan memanjangkan shalat malam beliau sampai kakinya bengkak, sungguh naif jika kita merasa aman hanya dengan amalan-amalan kita yang tak seberapa ini.. amalan-amalan yang jarang disertai keyakinan atas ilmu yang seharusnya mendasari setiap ibadah kita.

Astaghfirullah.. bukakan pintu ilmu pada kami ya, Allah.. agar tumbuh rasa takut yang benar kepada-Mu.
Aamin.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...