15 September 2009

Mengapa Doa Saya Selalu Dikabulkan

oleh Wuryanano

Allah berfirman di dalam Al-Qur’an, Surat Al-Qashash, ayat 77, “Dan carilah dengan rezeki yang diberikan Allah kepadamu, kebahagiaan di Akhirat. Dan jangan kamu lupakan bahagiamu (kemakmuran) di Dunia. Berbuat baiklah, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat bencana di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat binasa.”

Di dalam kehidupan ini, kita tidak mungkin menjadi, berbuat, dan memiliki segalanya yang ada di dalam dunia kita yang besar dan indah ini. Anda perlu membuat suatu pilihan, Anda harus memilih, dan pilihan-pilihan yang Anda buat pada gilirannya akan menentukan seberapa sukses Anda di dalam delapan bidang penting kehidupan ini: kebahagiaan, kesehatan, kedamaian, kemakmuran, ketenteraman, persahabatan, keluarga, dan pengharapan. Semuanya bergantung pada Anda untuk memilih yang terbaik, dan merelakan yang baik.

Dalam kaitannya dengan sebuah pilihan hidup ini, pada umumnya manusia meminta pertimbangan kepada Sang Maha Kuasa, penguasa alam dan seisinya ini, dalam bentuk permohonan kepada Tuhan Allah, yang lebih sering disebut Doa itu. Setiap orang di dalam kehidupannya saya yakin pasti selalu berdoa, atau setidaknya pernah berdoa. Saya ingat ada firman Tuhan seperti ini: “Berdoalah kepadaKu, maka akan Aku kabulkan doamu”. Cuplikan ayat suci ini sudah menunjukkan pada kita, bahwa setiap doa atau permintaan manusia pasti akan dikabulkan Tuhan. Prinsipnya, Tuhan tidak pernah menolak doa ummatNya.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah; kenapa banyak orang merasa doa permintaannya ke Tuhan selalu gagal? Kok Tuhan tega menolak permintaan ummatNya? Apakah Tuhan ingkar janji? Sekarang, saya berani pastikan kepada Anda, Tuhan tidak pernah ingkar janji. Tuhan adalah Dzat yang Maha Suci, jadi Dia tidak akan mengingkari janjiNya. Setiap janji Tuhan pasti akan dipenuhiNya.

Jadi, kenapa doa kita tidak dikabulkan? Banyak orang berdoa minta kekayaan, tapi kemiskinan yang didapat. Minta kesehatan, tetapi malah mereka sakit-sakitan. Minta kesuksesan, tapi malah gagal terus menerus. Kenapa? Saya akan beritahukan kepada Anda, apa sebab suatu doa tidak terkabul. Penyebabnya sebenarnya adalah diri kita sendiri. Keyakinan diri kita sendiri terhadap isi doa dan keyakinan bahwa Tuhan akan membantu serta mengabulkan doa kita adalah faktor penentu terkabulnya permintaan keinginan kita.

Saya ingat seorang ustadz pernah mengatakan tentang firman Tuhan sebagai berikut: “Aku adalah seperti apa pun yang diprasangkakan hambaKu kepadaKu”. Jadi dari firman Tuhan tersebut, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Tuhan akan mengikuti saja apa yang manusia pikirkan mengenai Dia. Apapun prasangka manusia kepada Tuhan, Dia pasti mengikutinya. Kalau kita berpikir dengan keyakinan bahwa Tuhan pasti mengabulkan doa kita; terkabulah doa kita. Jika kita meragukan Tuhan nggak bakal mengabulkan doa kita; maka gagallah kita. “Jadilah, maka akan Jadilah itu”, begitu bunyi firman Ilahi di kitab Al Qur’an. Saya percaya benar akan hal itu. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan.

Doa merupakan kekuatan terbesar di dunia ini, yang tersedia bagi setiap orang dalam memecahkan berbagai masalahnya. Sekarang ini, banyak orang semakin menyadari pentingnya suatu doa; karena mereka sudah merasakan bahwa doa bisa meningkatkan rasa efektivitas diri. Doa semakin memperkuat mereka dalam segala hal yang menimpa kehidupan mereka. Doa adalah suatu energi dahsyat, yang bisa mengisi ulang energi kita, yang telah menyusut habis. Dengan doa, Anda akan merasakan aliran energi masuk ke seluruh bagian tubuh Anda. Perbanyaklah doa Anda di setiap harinya, maka Anda tidak akan pernah merasakan kekurangan energi. Doa memberi Anda semangat juang, menyegarkan diri Anda.

Kekuatan doa bisa membantu Anda menormalkan kehidupan Anda, meniadakan kelemahan atau kemunduran Anda, menyehatkan fisik Anda dan membentuk sikap Anda menjadi lebih baik. Sangat penting untuk Anda pahami, bahwa Anda berurusan dengan kekuatan maha dahsyat, kekuatan paling hebat di dunia, saat Anda berdoa. Kalau Anda dengan penuh keyakinan meminta sesuatu kepada Yang Maha Dahsyat, maka Dia pasti mengabulkan doa Anda. Sebagaimana cuplikan firman Allah dalam Hadits, “Mintalah kepada-Ku, maka pasti Aku beri”.

Itulah janji Allah, Dia akan memberikan apapun yang diminta manusia. Berimanlah kepada Tuhan Allah, maka Dia pasti membantu Anda. Berdoalah selalu kepada Allah, niscaya Anda akan memperoleh apapun yang Anda minta. Tetapi yang perlu digarisbawahi di sini adalah, kenapa masih banyak orang yang memanjatkan doa kepada Tuhan, dan mereka merasa doanya tidak dikabulkan? Nah, buku saya ini mencoba untuk berbagi pengalaman dan wawasan pengetahuan, tentang bagaimana sebenarnya cara Tuhan dalam mengabulkan do’a manusia. Buku ini tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi dan membujuk Anda melalui serangkaian contoh dan pemikiran. Apa pun pemikiran yang muncul pada saat Anda membaca buku ini, hendaknya Anda renungkan demi efektivitas diri Anda sendiri.

Sebagai Penulisnya, tentu saya tahu, bahwa bahasan di buku ini lebih berdasarkan pengetahuan dan pengalaman saya selama menjalani kehidupan di dunia ini; sehingga masih sangat terbatas sifatnya berdasarkan pandangan saya. Luangkanlah waktu sejenak untuk merenungkan ide dan pemikiran di dalam buku ini. Jika Anda merasa tidak cocok dengan salah satu point nya… ya, abaikan saja. Saya menulisnya lebih disebabkan oleh keprihatinan terhadap sesama yang merasa tidak diperhatikan oleh Tuhan, sebab setiap do’anya tidak atau belum pernah terwujud secara nyata sebagaimana keinginannya di dalam doa tersebut. Bahkan banyak di antara mereka ini cenderung menyalahkan Tuhan Allah, karena mereka menganggap Dia tidak mau mengabulkan doa keinginannya itu. Subhanallah, Maha Suci Allah dengan segala firman-Nya.

Harapan saya, semoga buku “MENGAPA DOA SAYA SELALU DIKABULKAN” ini bisa turut memberikan pencerahan pikiran dan ketenangan jiwa pada diri setiap orang yang membacanya, dan bisa mencoba menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Lebih berharap lagi, semoga kita tidak pernah lagi menyalahkan Tuhan Allah, jika doa yang kita panjatkan dan kita mohonkan kepada-Nya belum terwujud secara nyata sebagaimana keinginan kita. Semoga kita semua bisa menjalani kehidupan di dunia ini dengan Kesuksesan dan Kebahagiaan Luar Biasa Prima. Amin.

Salam LUAR BIASA PRIMA,

WURYANANO

Penulis

01 September 2009

KEUTAMAAN DAN HUKUM I'TIKAF

Dirilis kembali oleh Rudy Indrasakti

Segala pujian dan sanjungan hanya bagi Allah Rabb para pendahulu dan seluruh penghuni bumi hingga akhir zaman. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan dan teladan kita Nabi Agung Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa sallam seorang hamba yang diutus Allah sebagai rahmat bagi alam semesta, demikian pula semoga tercurah kepada seluruh keluarga dan para shahabatnya. 


Dengan risalah singkat ini penulis mengharapkan agar dapat memberi manfaat, secara khusus bagi pribadi penulis dan umumnya kepada kaum muslimin. Mudah-mudahan Allah Subhaanahu wa Ta'ala menjadikan seluruh amalan kita pemberat timbangan kebajikan kelak nanti di akherat, Amin ya Rabbal 'Alamin. 

Makna i'tikaf secara bahasa 

Menurut bahasa i'tikaf punya arti menetapi sesuatu dan menahan diri agar senantiasa tetap berada padanya, baik hal itu berupa kebajikan ataupun keburukan. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman: Al A'raf ayat 138: 

"Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani Israil berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah ilah (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa ilah (berhala)". Musa menjawab: "Sesung-guhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Ilah)". (QS.7:138) 

Sedangkan menurut syara' i'tikaf berarti menetapnya seorang muslim didalam masjid untuk melaksanakan ketaatan dan ibadah kepada Allah Ta'ala. 

Hukum i'tikaf 

Para ulama sepakat bahwa i'tikaf hukumnya sunnah, sebab Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam senantiasa melakukannya tiap tahun untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon pahalaNya. Terutama pada hari-hari di bulan Ramadhan dan lebih khusus ketika memasuki sepuluh akhir dari bulan suci itu. Demikian tuntunan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam. 

Yang wajib beri'tikaf 

Sebagaimana dimaklumi bahwa i'tikaf hukumnya sunnah, kecuali jika seseorang bernadzar untuk melakukannya, maka wajib baginya untuk menunaikan nadzar tersebut. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits Umar bin Khaththab Radhiallaahu 'anhu yang diriwayatkan imam Al Bukhari dan Muslim. 

Di sebutkan bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan i'tikaf semenjak beliau sampai di Madinah hingga akhir hayat. 

Tempat i'tikaf 

I'tikaf tempatnya di setiap masjid yang di dalamnya dilaksanakan shalat berjama'ah kaum laki-laki, firman Allah Ta'ala: 

"Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangangAllah, maka janganlah kamu mendekatinya" (Al-Baqarah: 187) 

Orang yang beri'tikaf pada hari Jum'at disunnahkan untuk beri'tikaf di masjid yang di gunakan untuk shalat Jum'at. Tetapi jika ia beritikaf di masjid yang hanya untuk shalat jama'ah lima waktu saja maka hendaknya ia keluar hanya sekedar untuk shalat jum'at (jika telah tiba waktunya), kemudian kembali lagi ke tempat i'tikafnya semula. 

Waktu i'tikaf 

I'tikaf di sunnahkan kapan saja di sembarang waktu, maka diperbolehkan bagi setiap muslim untuk memilih waktu kapan ia memulai i'tikaf dan kapan mengakhirinya. Namun yang paling utama adalah i'tikaf di bulan suci Ramadhan, khususnya sepuluh hari terakhir. Inilah waktu i'tikaf yang terbaik sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits shahih: 

"Bahwasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam selalu beri'tikaf pada sepuluh akhir bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkannya. Kemudian para istri beliau beri'tikaf sepeninggal beliau" (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah Radhiallaahu 'anhua) 

Sunnah-sunnah bagi orang yang sedang i'tikaf 

Di sunnahkan bagi para mu'takif supaya memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya untuk berdzikir, membaca Al Qur'an, mengerjakan shalat sunnah (terkecuali pada waktu-waktu terlarang), serta memperbanyak tafakur tentang keadaannya yang telah lalu, hari ini dan masa mendatang. Juga banyak-banyak merenungkan tentang hakekat hidup di dunia ini dan kehidupan akhirat kelak. 

Hal-hal yang harus dihindari mu'takif 

Orang yang sedang i'tikaf dianjurkan untuk menghindari perkara-perkara yang tidak bermanfaat seperti banyak bercanda, mengobrol yang tidak berguna sehingga mengganggu konsentrasi i'tikafnya. Karena i'tikaf bertujuan mendapatkan keutamaan bukan malah menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak di sunnahkan. 

Ada sebagian orang yang beri'tikaf namun dengan meninggalkan tugas dan kewajibannya. Hal ini tidak dapat di benarkan karena sungguh tidak proporsional seseorang meninggalkan kewajiban untuk sesuatu yang sunnah. Oleh karena itu orang yang i'tikaf hendaknya ia menghentikan i'tikafnya jika memiliki tanggungan atau kewajiban yang harus dikerjakan. 

Hal-hal yang mebolehkan mu'takif keluar dari masjid 

Seorang mu'takif diperbolehkan meninggalkan tempat i'tikafnya jika memang ada hal-hal yang sangat mendesak. Diantaranya; buang hajat yaitu keluar ke WC untuk buang air, atau untuk mandi, keluar untuk makan dan minum jika tidak ada yang mengantarkan makanan kepadanya, dan pergi untuk berobat jika sakit. Demikian pula untuk keperluan syar'i seperti; shalat Jum'at jika tempat ia beri'tikaf tidak digunakan untuk shalat Jum'at, menjadi saksi atas suatu perkara dan juga boleh membantu keluarganya yang sakit jika memang mengharuskan untuk dibantu. Juga keperluan-keperluan semisalnya yang memang termasuk kategori dharuri (harus). 

Larangan-larangan dalam i'tikaf 

Orang yang sedang bei'tikaf tidak diperbolehkan keluar dari masjid hanya untuk keperluan sepele dan tidak penting, artinya tidak bisa dikategorikan sebagai keperluan syar'i. Jika ia memaksa keluar untuk hal-hal yang tidak perlu tersebut maka i'tikafnya batal. Selain itu ia juga dilarang melakukan segala perbuatan haram seperti ghibah (menggunjing), tajassus (mencari-cari kesalahan orang), membaca dan memandang hal-hal yang haram. Pendeknya semua perkara haram diluar i'tikaf maka pada saat i'tikaf lebih ditekankan lagi keharamannya. Mu'takif juga di larang untuk menggauli istrinya, karena hal itu membatalkan i'tikafnya. 

Menentukan syarat dalam i'tikaf 

Seorang mu'takif diperbolehkan menentukan syarat sebelum melakukan i'tikaf untuk melakukan sesuatu yang mubah. Misalnya saja ia menetapkan syarat agar makan minum harus dirumahnya, hal ini tidak apa-apa. Lain halnya jika ia pulang dengan tujuan menggauli istrinya, keluar masjid agar bisa santai atau mengurusi dagangannya maka i'tikafnya menjadi batal. Karena semua itu bertentangan dengan makna dan pengertian i'tikaf itu sendiri. 

Hikmah dan Manfaat i'tikaf 

I'tikaf memiliki hikmah yang sangat besar yakni menghidupkan sunnah Rasul n dan menghidupkan hati dengan selalu melaksanakan ketaatan dan ibadah kepada Allah Ta'ala. 

Sedangkan manfaat i'tikaf diantaranya adalah sebagai berikut: 

Untuk merenungi masa lalu dan memikirkan hal-hal yang akan dilakukan di hari esok. 
Mendatangkan ketenangan, keten-traman dan cahaya yang menerangi hati yang penuh dosa. 
Mendatangkan berbagai macam kebaikan dari Allah Subhaanahu wa Ta'ala . Amalan-amalan kita akan diangkat dengan rahmat dan kasih sayangNya 
Orang yang beri'tikaf pada sepuluh akhir bulan Ramadhan akan terbebas dari dosa-dosa karena pada hari-hari itu salah satunya bertepatan dengan lailatul qadar. 
Mudah-mudahan Allah memberikan taufik dan inayahNya kepada kita agar dapat menjalankan i'tikaf sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam , terutama di bulan Ramadhan yang mulia ini. 

Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, segenap keluarga dan shahabatnya, Amiin.

(Disampaikan oleh yang mulia Syaikh Abdullah bin Abdur Rahman Al-Jibrin.)Sumber: Buletin Dakwah An Nur edisi Ramadhan 1416 H. (Dept. Ilmiah)



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...